Friday, July 5, 2013

TASAWUF


zulkhulafair muchtar
ilmu hadis reguler
semester 2
30700112029

                                                                TASAWUF


 
Pengertian dan Asal Kata Tasawuf :
1.    Tasawuf berasal dari istilah yg dikonotasikan dengan “ahlu suffah”, yg berarti sekelompok orang pd masa Rasulullah saw yg hidupnya diisi dg banyak berdiam di serambi masjid dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah
2.      Tasawuf berasal dari kata “shafa”, yg berarti bersih dan suci, maksudnya orang-orang yg menyucikan dirinya di hadapan Tuhan
3.    Tasawuf berasal dari kata “shaf” (barisan), yg berarti orang-orang yg ketika shalat selalu berada di shaf paling depan, krn besarnya keinginan mereka kpd Allah
4.    Tasawuf berasal dr kata “shopos” (Yunani) yg berati hikmah atau keutamaan, menurut pendapat ini, para sufi adalah pencari hikmah dan ilmu hakikat
5.    Tasawuf berasal dr kata “shuf”, yg berarti bulu domba atau wol, yg merupakan simbol kesederhanaan
6.    Tasawuf berasal dr kata “shaufanah”, yaitu semacam buah-buahan kecil yg berbulu, banyak tumbuh di padang pasir  sep di wilayah Arab
Pengertian Tasawuf secara Istilah :
  1. Menurut Abu Muhammad al-Jariri tasawuf adalah: “masuk ke dalam segala akhlak yg mulia dan keluar dari budi pekerti yg rendah”
2.      Menurut al-Junaidi tasawuf adalah: ”kesadaran bahwa yg Hak (Allah) adalah yg mematikanmu dan yg menghidupkanmu”. Rumusan yg lain ia katakan bahwa tasawuf adalah: “beserta Allah tanpa adanya penghubung”
3. Menurut Amir bin Usman al-Makki, tasawuf adalah: “melakukan sesuatu yg terbaik setiap saat”
4.    Menurut Syamnun, tasawuf adalah: “hendaklah engkau memiliki sesuatu dan tidak dimiliki sesuatu”
5.    Menurut Ma’ruf al-Karkhi, tasawuf adalah : “mengambil hakikat dan tidak berharap terhadap apa yg ada di tangan makhluk”
6. Menurut al-Kanany, tasawuf adalah: “akhlak mulia, barang siapa yg bertambah baik akhlaknya, maka bertambah pula kejernihan hatinya”
7. Menurut Ruwaim, tasawuf adalah: “melepaskan jiwa terhadap kehendak Allah”
8. Menurut al-Syibli, tasawuf adalah: “seumpama anak kecil di pangkuan Tuhan”
9. Menurut al-Hallaj, tasawuf adalah: “merupakan kesatuan zat”
Dasar-dasar Tasawuf :
  al-Qur’an, misalnya: Q.S. al-Baqarah:125, 186, Q.S. al-Nur:35, Q.S. Qaf: 16, dll.
  Al-Sunnah atau kehidupan Nabi saw., akhlak dan perkataannya,  misalnya:
كنت كنزا مخفيا فأحببت أن أعرف فخلقت الخلق فبه
عرفوني
  Kehidupan sahabat dan perkataan mereka
    Karakteristik Umum Tasawuf :
  1. Ketinggian moral
  2. Fana ke dalam hakikat mutlak
  3. Pengetahuan intuitif secara langsung
  4. Timbulnya rasa ketenangan dan kebahagiaan sebagai karunia Allah
5.      Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yg mengandung pengertian harfiah dan tersirat
Rumusan lain tentang karakteristik Tasawuf :
1.      Cahaya eksistensi batin
2.      Ketinggian moral
3.      Pancaran akal
4.      Perasaan akan keabadian
5.      Hilangnya rasa takut dari kematian
6.      Hilangnya perasaan berdosa
7.      Keterkagetan (sesuatu yg tidak disangka-sangka)
Sejarah Kemunculan Tasawuf :
1.      Pengaruh dari Nashrani (Kristen)
2.      Pengaruh dari unsur Hindu-Budha
3.      Pengaruh dari unsur Yunani
4.      Pengaruh dari unsur Persia
5.      Pengaruh dari unsur Arab
Perkembangan Tasawuf :
1.      Masa pembentukan (abad I & II H), gerakan-gerakan yg muncul:  zuhud, khauf, dzamm al-dunya, thaharah al-nafs, naqy al-qalb, memerangi hawa nafsu, memperbanyak zikir dan riyadah. Mis. Hasan Basri (w. 110 H), dengan gerakan zuhud, khauf, Rabi’ah al-Adawiyah (w. 185 H) dengan gerakan al-hub
2.       Masa pengembangan (abad III & IV H), tasawuf sudah bercorak ke fana dan baqa, fana fi al-mahbub, baqa fi al-mahbub, musyahadah, ittihad fi al-mahbub, liqa’. Tokohnya sep. Abu Yazid al-Bustami (w.261 H), dengan teori al-ittihad, al-Hallaj (w.309 H) dengan teori al-hulul. Dan teori yg lain sep: nur Muhammad, wahdat al-adyan, wahdat al-wujud, insan kamil. Pada masa ini al-Junaid meletakkan dasar-dasar ajaran tarekat dg istilah syekh, mursyid, murid.  Juga pd masa ini  muncul istilah tasawuf sunni dan tasawuf falsafi
3.      Masa konsolidasi (abd V H), masa pertarungan antara tasawuf sunni dan tasawuf falsafi yg ditandai dg pemantapan dan pengembalian tasawuf ke landasannya al-Qur’an dan Hadis. Tokoh-tokohnya sep: al-Qusyairi (376-465 H), al-Gazali (450-505 H)
4.        Masa falsafi (abad VI & VII H), masa bercampurnya tasawuf dg filsafat. Tokohnya sep: Suhrawardi al-Maqtul dg teori al-isyraqiyah, Ibnu Arabi dg teori wahdat al-wujud, Ibnu Sabi’in dg teori ittihad, dll. Pd masa ini muncul berbagai tarekat , sep: Tarekat Qadiriyah yg diciptakan oleh Syekh Abd al-Qadir al-Jaelani (471-561 H), Tarekat Rifa’iyah yg dicetuskan oleh Ahmad Rifa’i (512 H), Tarekat Syadziliyah yg dirintis oleh Abu al-Hasan al-Syadzili (592-656 H), dll
5.       Masa pemurnian, masa ini tak terelakkan lagi kisah-kisah ttg keajaiban sebagian tokoh-tokoh sufi, terjadinya pengkultusan terhadap para wali, khurafat dan tahayyul, bid’ah, mengabaikan syari’at, azimat, ramalan, ziarah ke makam para wali, kekuatan gaib ditonjolkan, dll. Dengan kondisi sep ini, Ibnu Taimiyah tampil melancarkan kritikan terhadap hal-hal tsb.
Kerangka Berpikir Irfani: Dasar-dasar Falsafi Maqamat dan Ahwal :
  Kerangka sikap dan prilaku sufi dalam menempuh perjalanan menuju Tuhan yg diwujudkan melalui amalan-amalan atau tahapan-tahapan untuk memperoleh  ma’rifah sering disebut sebagai kerangka irfani.  Manusia tidak akan tahu banyak ttg penciptanya selama belum melakukan perjalanan menuju Tuhan.  Lingkup irfani tidak dapat dicapai dg mudah a secara spontanitas,  ttp melalui proses yg panjang, yaitu maqam dan ahwal
  Maqam  adalah tahapan-tahapan a stasiun-stasiun yg harus dilewati seseorang u mencapai puncak spiritual, sep: tobat, zuhud, sabar, faqr, wara’, takwa, ikhlas, syukur,  tawakkal, ridha, mahabbah.
  Hal adalah keadaan atau kondisi psikologis ketika seseorang mencapai maqam tertentu, sep:  muhasabah, muraqabah, hubb, khauf, raja’, syauq, uns, thuma’ninah, musyahadah.
TAUBAT : Taubat adalah menyesali diri karena melakukan perbuatan yg salah serta bertekad untuk tdk mengulanginya lagi. Karena itu, taubat harus dilakukanh secara terus menerus sampai puncaknya, yaitu lupa segala hal kecuali Allah. Yang harus dipenuhi dlm taubat:  menyesali perbuatan dosa dimasa lalu; menjauhkan diri darinya dari saat itu juga; berjanji tidak akan meng ulanginya lagi; dan diiringi dengan amal saleh 
SABAR : Sabar, yaitu konsekuen dan konsisten dlm menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah serta dalam menerima segala cobaan. Menurut al-Gazali, sabar itu ada dua macam, yakni sabar yg bersifat jasmani dan sabar yg bersifat rohani. Sabar jasmani berupa ketahanan fisik menjalani kesukaran dan penderitaan badani, sedang sabar rohani berupa kesiapan mental dan ketangguhan sikap dlm mengendalikan dan menguasai hawa nafsu. Inilah sabar yg paling sempurna dan terpuji, ttpi sekaligus yg paling berat
FAQR : Faqr, yaitu tidak mengharap dan tidak menuntut melebihi dari apa yg telah dimiliki, tidak meminta atau mencari harta kecuali hanya untuk kepentingan melaksanakan syari’at ZUHUD : Zuhud, yaitu menghindarkan diri dr kemewahan duniawi, menguasai hawa nafsu dalam segala jenisnya. Zuhud ada tiga tingkatan: zuhud awam, yaitu menahan diri dr segala larangan; zuhud khawas, yaitu meninggalkan hal-hal yg tidak perlu; dan zuhud ‘arifin, yakni meninggalkan segala sesuatu yg menghalangi untuk mengingat Allah, apa saja yg dapat mengganggu konsentrasi dlm mengingat Allah harus ditinggalkan
WARA’ : Wara’, yaitu menghindari apa saja yg tdk baik, meninggalkan segala sesuatu yg tdk jelas hukumnya, baik menyangkut makanan, pakaian maupun persoalan. Qamar Kailani membagi wara’ kepd dua macam: wara’ lahiriyah, yaitu tdk menggunakan agt tubuhnya untuk hal-hal yg tdk diridhai Allah; dan wara’ bathiniyah, yaitu tdk menempatkan atau mengisi hatinya kecuali Allah.
 TAWAKKAL : Tawakkal, yaitu kondisi batin yg erat kaitannya dengan amal dan hati yg ikhlas, yakni keikhlasan hati hanya semata-mata karena Allah dan mempercayakan diri kepd-Nya. Segala keinginan, niat dan usaha hanya karena dan untuk Allah. Tawakkal tidak akan tercapai dg sempurna tanpa pengetahuan tentang ke-Esaan-an dan ke-Mahakuasa-an Allah. 
RIDHA : Ridha, yaitu menerima dengan sepuas- puasnya apa yg dianugrahkan oleh Allah, bahkan setiap penderitaan pun dirasakan sebagai suatu anugrah. Kesenangan (kepuasan)bercinta dg Allah adalah menghilangkan segala jenis penderitaan. Al-Gazali mengatakan, bahwa ridha berada dibawah maqam mahabbah dan di atas maqam sabar. Jd sabar yg terus menerus dan sungguh2 akan menghasilkan ridha.
MAHABBAH: Mahabbah, yaitu cinta kepd Allah melebihi cinta kepd yg lainnya. Menurut al-Gazali, mahabbah adalah peringkat tertinggi dr keseluruhan jenjang yg dilalui, krn ia adalah hasil kumulatif dr keseluruhan jenjang sebelumnya. Bagi mereka yg telah sampai pd peringkat ini akan merasakan kelezatan iman dan kenikmatan munajat kepd Allah. Jd cinta Ilahi lahir setelah mengenal hakikat Allah, sebab tdk mungkin ada cinta tanpa adanya pengenalan yg lengkap dan tuntas.
AL-MA’RIFAH: Ma’rifah dalam tasawuf berarti pengetahuan yg sangat jelas dan pasti tentang Tuhan yg diperoleh melalui sanubari. Karena jelas dan pastinya pengetahuan itu, menyebabkan seseorang merasa satu dg yg diketahuinya itu. Menurut Dzun Nun al-Mishri (w.245 H), dialah yg pertama menganalisis ma’rifah secara konseptual. Ia mengklasifikasi ma’rifah kpd tiga tingkatan: 1) ma’rifah tauhid sebagai ma’rifahnya orang awam, 2) ma’rifah al-burhan wa al-istidlal yg merupkan ma’rifahnya mutakallimin dan filosof, yaitu pengetahuan tentang Tuhan melalui pemikiran dan pembuktian akal, dan 3) ma’rifah para wali, yaitu pengetahuan dan pengenalan ttg Tuhan dg mukasyafah.
  Menurut sufi ada tiga komponen dlm diri manusia yg dpt memperoleh ma’rifah, yaitu qalb dapt mengetahui sifat-sifat Allah; ruh, adalah alat untuk mencintai Tuhan; dan sir sebagai alat untuk melihat Tuhan. Al-Gazali mengatakan bahwa ma’rifah adalah mengetahui Tuhan dg mata hati, krn jelas dan terangnya pengetahuan itu, ia mengungkapkan dlm kalimat “nazharu ila wajhillah”. Kata al-Gazali, orang arif atau yg sdh mencapai ma’rifah, tdk lagi menyeru Tuhan dg kalimat ya Allah, krn ucapan tsb menunjukkan pengertian bahwa Allah masih berada dibelakang tabir, padahal bagi org arif tabir itu sudah tiada, maka tdk perlu lagi saling memanggil.  Menurutnya inilah maqom tertinggi yg dapat dicapai oleh sufi. 
TASAWUF SUNNI: Tasawuf Sunni, yaitu bentuk tasawuf yang mendasari dan memagari dirinya dengan al-Qur’an dan Hadis secara ketat, serta mengaitkan maqamat dan ahwal kepada dua sumber tsb.
Karakteristik Tasawuf Sunni:
1.      Melandaskan diri pada al-Qur’an dan Hadis secara ketat
  1. Tidak menggunakan terminologi2 filsafat seperti yg terdapat pada ungkapan2 syathahat. Kalaupun ada yg mirip syathahat mereka menganggap sebagai pengalaman pribadi dan tidak disebarkan kpd orang lain atau menganggapnya sebagai sebuah karamah
  2. Mengakui bahwa meski manusia dapat berhubungan dengan Tuhan tetapi tetap dalam kerangka yg berbeda dalam hal esensinya. Sedekat apa pun manusia dengan Tuhannya tdk lantas membuat manusia dapat menyatu dengan Tuhan
Kaum sufi Sunni menolak ungkapan2 ganjil seperti yg dikemukakan Abu Yazid al-Busthami dengan teori fana baqa-nya (ittihad), al-Hallaj dengan konsep hulul-nya dan Ibnu Arabi dengan teori wahdatul wujud-nya.
  1.  Memadukan antara hakikat dan syari’at. Antara aspek lahiriah dan aspek batiniah tidak dapat dipisahkan. Untuk memperoleh hakikat mutlak harus melalui syari’at secara kontinu
Tokoh-tokohnya, antara lain: Hasan al-Bashri (21-110 H), al-Qusyairi (376-465 H), al-Gazali (450-505 H), dll 
TASAWUF FALSAFI :
  Tasawuf falsafi, yaitu tasawuf yg bercampur dengan ajaran filsafat dengan pemakaian term-term filsafat yg maknanya disesuaikan dengan tasawuf.
  Tokoh-tokohnya: Abu Yazid al-Busthami dengan teori fana baqa-nya (ittihad), Abu Mansur al-Hallaj dengan konsep hulul-nya dan Ibnu Arabi dengan teori wahdatul wujud-nya
AL-FANA: Menurut Abu Yazid, manusia pd hakikatnya dapat bersatu dengan Allah apabila ia mampu meleburkan eksistensinya sebagai suatu pribadi sehingga ia tdk menyadari pribadinya (fana’an nafs), yaitu hilangnya kesadaran kemanusiaannya dan menyatu ke dlm iradah Allah, bukan jasad tubuhnya yg menyatu dg Dzat Allah.
>Menurut al-Junaid, fana yg dimaksud adalah hilangnya daya kesadaran qalbu dari hal-hal yg bersifat inderawi krn adanya sesuatu yg dilihatnya. Situasi demikian akan beralih krn hilangnya sesuatu yg terlihat itu dan berlangsung terus secara silih berganti sehingga tiada lagi yg disadari dan dirasakan oleh indera.
>Menurut al-Qusyairi, fana adalah fananya seseorang dari dirinya dan dari makhluk lainnya.  Sebenarnya dirinya tetap ada tetapi ia tidak sadar dengan dirinya sendiri dan dengan alam sekitarnya
>Dalam proses fana ada empat situasi getaran psikis yg dialami seseorang, yaitu: al-sakar, al-syathahat, al-zawal al-hijab dan ghalab al-syuhud. Al-sakar adalah situasi kejiwaan yg terpusat penuh kpd satu titik sehingga ia melihat dg perasaannya, sep apa yg dialami oleh nabi Musa as di Tursina. Syathahat adalah suatu ucapan yg terlontar di luar kesadaran, kata-kata yg di ucapkan dlm keadaan sakar. Al-zawal al-hijab adalah bebas dr dimensi shg ia keluar dr alam materi dan telah berada di alam Ilahiyat shg getar jiwanya dpt menangkap gelombang  cahaya dan suara Tuhan. Glalab al-syuhud, merupakan tingkatan kesempurnaan musyahadah shg ia lupa pd dirinya dan alam sekitarnya.
AL-ITTIHAD : Ittihad, yaitu jika seorang sufi telah berada dalam keadaan fana, maka pada saat itu ia telah dapat menyatu dengan Tuhan, sehingga wujudnya kekal atau baqa. Di dalam perpaduan itu ia menemukan hakikat jati dirinya sebagai manusia yg berasal dari Tuhan, itulah yg dimaksud dengan ittihad
AL-HULUL : Al-Hulul, adalah Tuhan mengambil tempat dlm tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yg telah membersihkan dirinya dari sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana atau ekstase. Menurut al-Hallaj, manusia mempunyai sifat dasar yg ganda, yakni sifat lahut dan nasut. Jika manusia telah mampu menghilangkan sifat-sifat  kemanusiaannya dan mengembangkan sifat-sifat  Ilahiyatnya melallui fana, maka Tuhan akan mengambil tempat dalam dirinya  dan terjadilah kesatuan manusia dg Tuhan dan inilah yg dimaksud hulul
AL-WAHDAT AL-WUJUD : Al-wahdat al-wujud, merupakan pengembangan dr paham hulul, krn nasut yg ada dalam hulul diganti dengan khalq (makhluk), sedang lahut menjadi Haq (Tuhan). Khalq dan al-Haq adalah dua sisi bagi segala sesuatu. Aspek khalq memiliki sifat kemakhlukan atau nasut, sedang aspek Khalq memiliki sifat ketuhanan atau lahut. Tiap-tiap yg bergerak tdk lepas dr dua aspek itu, tetapi aspek yg terpenting adalah aspek Khalq dan aspek ini yg merupakan hakikat atau esensi dr tiap-tiap wujud.
  Menurut Ibnu Arabi, hakikat wujud itu hanya satu, yaitu Allah, sedangkan wujud yg banyak itu hanya bayangan (ilusi) dari yg satu itu.  Wujud segala yg ada tergantung dengan wujud Tuhan, andai kata Tuhan tdk ada, maka wujud yg selain Tuhan juga tidak ada. Jd yg memiliki wujud hakiki hanyalah Allah. Kalau demikian, konsepsi wahdat al-wujud ini bukanlah kesatuan subtansial atau kesatuan zatiyah, sebab adanya sesuatu selain Tuhan hanyalah bayangan belaka dari wujud mutlak, yaitu Tuhan.
  AL-WAHDAT AL-SYUHUD : Al-wahdat al-syuhud, merupakan ajaran tasawuf yg mirip dg paham al-wahdat al-wujud. Ajaran ini adalah karya mistis Umar Ibn al-Faridh (w. 632 H). Menurutnya, kesatuan yg dimaksud adalah bukan penyatuan dua wujud, tetapi penyatuan dlm arti disaksikan hanya satu, yaitu wujud Yang Maha Esa. Pluralitas yg tadinya tampak menjadi lenyap sehingga segala sesuatu tampaknya satu kesatuan karena ia telah mampu menghadirkan Tuhan dlm dirinya melalui tajalliyat Ilahi.
  Tajalli dlm konsep Ibn al-Faridh ada dua segi, yaitu: 1) tajalli secara zhahir, yakni melihat Yang Esa pd yg aneka, yg 2) tajalli secara batin, yakni melihat  yg aneka pd Yang Esa. Akhirnya terjadi fana antara yg asyik mencinta ke dlm yg dicinta sehingga ia tenggelam dlm kemanunggalan dan tdk merasakan serta tdk melihat  (syuhud) sesuatu selain Allah Yang Maha Tunggal. Jadi dimaksudkan dlm teori ini adalah fananya seluruh yg ada dr kesadaran dan penglihatan sehingga yg tampak hanyalah Zat Yang Esa, karena itulah disebut wahdat al-syuhud bukan wahdat al-wujud.
AL-ISYRAQIYAH : Al-Isyraqiyah,  adalah tipe tasawuf falsafi yg paling orisinil yg dicetuskan oleh Suhrawardi al-Maqtul, ia menyatakan bahwa alam ini diciptakan melalui penyinaran atau illuminasi. Kosmos ini terdiri dari susunan bertingkat-tingkat berupa pancaran cahaya. Cahaya yg tertinggi dan sumber dr segala cahaya adalah Nurul Anwar atau Nurul A’zham dan inilah Tuhan yg azali. Manusia berasal dr nurul anwar yg diciptakan melalui pancaran cahaya dg proses yg hampir sama dg emanasi atau alfaidh. Hubungan manusia dg Tuhan merupakan arus bolak-balik, artinya ada hbg yg bersifat dr atas ke bawah dan dr bawah ke atas yg kemudian terjadilah ittihad.
  Syarat mutlak yg harus dilalui agar bisa kembali kepd sumber asalnya, adalah latihan rohaniyah yg sungguh2 (riyadhah dan mujahadah) hingga potensi ragawi akan melemah dan sirna sedang kualitas rohaniah meningkat dan daya jiwa menguat, akhirnya jiwa yg suci akan bergabung dg sumbernya, yaitu Nurul Anwar. Suhrawardi mengajarkan tahapan2 yg harus dilalui agar dpt bersatu dg Allah: 1) la ilaha illallah 2) la huwa illa huwa 3) la anta illa anta 4) la ana illa ana, dan 5) kullu syaikhaliqun illah wajhahu.
INSAN KAMIL: Insan Kamil, konsep ini dipopulerkan oleh al-Jili (w. 1417 M), meski sebelumnya telah disinggung oleh Ibnu Arabi.  Insan kamil, disamping sebagai khalifat Tuhan, sebagai copy diri Tuhan dan kaca cermin bagi dirinya, ia juga sebagai mikrokosmos yg sesungguhnya, miniatur dari kenyataan, karena ia adalah aspek internal dan eksternal realitas. Al-Jili melihat bahwa insan kamil merupakan copy Tuhan sep disebutkan dlm hadis: “Allah menciptakan Adam dalam bentuk diri-nya”.
SEJARAH PERKEMBANGAN TAREKAT :
  Pengertian Tarekat:
  Asal kata tarekat dlm bhs Arab adalah “thariqah” yg berarti jalan, aliran, garis pada sesuatu. Dalam tasawuf tarekat yg dimaksud adalah jalan yg ditempuh oleh seseorang untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan dengan bimbingan seorang syekh dan dalam bentuk sebuah majlis atau organisasi.
HUBUNGAN TASAWUF DENGAN TAREKAT :
  Tasawuf, merupakan usaha mendekatkan diri kepd Tuhan sedekat mungkin melalui riyadhah dan mujahadah, sedang tarekat, merupakan cara dan jalan yg ditempuh seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah di bawah bimbingan seorang syekh. Jd tarekat dilakukan secara berkelompok dengan nama tarekat tertentu yg dinisbahkan kepada pendirinya.
ALIRAN-ALIRAN TAREKAT DALAM ISLAM :
1. Tarekat Qadiriyah, adalah nama tarekat yg diambil dari nama pendirinya, Syekh Abd Qadir al-Jailani (470-561H/1077-1166 M), digelar sebagai “quthb al-awliya, sulthan al-awliya”. Tarekat ini menempati posisi yg amat penting dlm sejarah spiritualitas Islam, krn tdk saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, ttp juga cikal bakal munculnya berbagai tarekat di dunia Islam.
Di antara praktik tarekat Qadiriyah  adalah zikir dan wirid. Ada zikir yg berulang-ulang dg jumlah tertentu dan dg satu gerakan, sep membaca la ilaha illallah melalui tarikan nafas panjang yg kuat, diikuti penekanan dr jantung dan tenggorokan, kemudian berhenti sehingga nafas kembali normal.
  1. Tarekat Rifa’iyah,  adalah tarekat yg didirikan oleh Syekh Ahmad bin Ali al-Rifa’I (1106-1182 M)
  2. Tarekat Syadziliyah, adalah tarekat yg di dirikan oleh Syekh Abu al-Hasan al-Syadzili (593-656 H/1196-1258 M)
  3. Tarekat Naqsabandiyah, adalah tarekat yg didirikan oleh Syekh Muhammad Bahauddin a-Naqsabandi al-Awisi al-Bukhari (w. 1389)
  4. Tarekat Khalwatiyah, adalah tarekat yg didirikan oleh Syekh Umar al-Khalwati (w. 1397)
  5. Tarekat  Syattariyah, didirikan oleh Syekh Abdullah bin Syattar (w. 1485)
  6. Tarekat  Qadiriyah wa Naqsabandiyah, didirikan oleh Syekh Ahmad Khatib al-Sambas yg mengajar d Mekah pd pertengahan abad ke 19
NEO-SUFISME : Munculnya neo-sufisme di dunia Islam, tdk bisa dipisahkan dari apa yg disebut sebagai kebangkitan agama sebagai penolakan terhadap pengagungan yg berlebihan kpd sains dan teknologi selaku produk era modernisme. Modernisme dinilai telah gagal memberikan kehidupan yg bermakna bagi manusia, krn orang kembali ke agama yg berperan memberikan makna bagi kehidupan. Juga era post-modernisme telah mencuat krisis demi krisis yg senmakin parah, sep moralitas semakin terpuruk dan kriminalitas semakin merajalela.
CIRI NEO-SUFISME :
  1. Puritanis dan aktivis
  2. Ruhaniyah al-ijtima’iyah (spiritualisme sosial)
  3. Menekankan pelibatan diri dalam masyarakat secara intensif dan kreatif
  4. Penghayatan keagamaan batini dan hidup aktif dan terlibat dalam masalah2 kemasyarakatan
  5. Pola hidup tawazun, keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi
  6. Sikap uzlah hanya sewaktu-waktu jika diperlukan u menyegarkan wawasan melalui muhasabah
  7. kehidupan duniawi sangat  bermakna dan amat penting









































No comments:

Post a Comment