Monday, January 13, 2014

AKIBAT TERPISAH PAKSA DARI ORANG TUA




ZULKHULAFAIR MUCHTAR, seorang lelaki kelahiran Kota Daeng 12 Februari 1990. Saat ini penulis sedang mengenyam pendidikan di bangku perguruan tinggi pada jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Ilmu Politik. Penulis aktif bergiat di FLP Ranting UIN Alauddin Makassar dan bercita-cita menjadikan FLP Ranting UIN sebagai cahaya bagi mahasiswa UIN Alauddin Makassar. Untuk berkenalan lebih jauh dengan penulis dapat melayangkan message ke alamat e-mail: zulkhulafairmuchtar@gmail.com






AKIBAT TERPISAH PAKSA DARI ORANG TUA
Oleh: Zulkhulafair Muchtar
AKIBAT TERPISAH PAKSA DARI ORANG TUA
Angin tak memberikan harapan padaku ....
Bulanpun hanya membisu pilu....
Dan lautan tak mempercayaiku....
Akhirnya akupun terbang...
tanpa melihat wajah yang mengharu biru...

***
Gadis berambut sebahu itu berjalan tanpa memperdulikan ombak menyibak-nyibak kakinya. Pandangannya lurus dan kosong , wajahnya tak begitu jelas karena tertutupi rambutnya yang tergerai oleh angin. Kemudian langkahnya terhenti, dan sekarang dia menghadap lautan biru yang membentang. Wajah itu terlihat buram dan pandangannya masih terlihat kosong. Dia memejamkan mata, dan menyadari air matanya menetes perlahan. Deru ombak itu semakin keras terdengar.
“Aku tidak mengerti, mengapa kamu menjadi pendiam seperti ini?“ Tanya arvel pada regina. Gadis itu hanya tersenyum.
“Kenapa? Aku mempunyai kesalahan sehingga membuatmu seperti ini? “Tanya lagi. Kali ini gadis itu menatap wajah oriental milik arvel. Tersenyum lalu berkata “Hmmm... tak ada kesalahan kalau tak ada sebabnya” Arvel menatap haran. Terdiam melihat mata coklat itu berkaca-kaca. “Dan aku tak mempunyainya” lanjutnya.
Regina tiba-tiba memeluk tubuh Arvel. Cowok itu mendengus perlahan. Dadanya terasa lega mendengar kalimat Regina yang terakhir. Tersenyum dan membalas pelukan Regina, gadis yang telah mengisi cintanya selama 3 bulan terakhir ini.
* * *
“Ibu...” Gadis bermata coklat itu meringis kasakitan.
“Ibu... sakit...” Wanita paruh baya itu masih menarik rambut Regina.
“Kau sudah mengerti semuanya! Kenapa kau masih disini ?” Gertak wanita itu.
“Ibu...” Erangnya menahan sakit dikepalanya.
“Aku ingin bersama ibu, aku tidak mau pergi.”
“Apa kau bilang?” Dengan kasar wanita itu melepas tangannya dari rambut Regina. Gadis itu menangis.
“Ibu adalah orang tuaku, aku ingin tinggal bersama ibu.”
“Kau masih berani berbicara seperti itu?” Wanita itu mendekati Regina mencoba menamparnya. Belum wanita itu berhasil menampar Regina, ada seseorang yang menahan tangan itu.
“Apa yang ibu lakukan pada regina?” Dengan kasar wanita itu mencoba melepaskan tangannya dari jeratan tangan Fathir.
“Kaka...” Regina memeluk tangan Fathir.
“Kenapa kau melindunginya? Biarkan saja dia !”
“Kenapa ibu berbicara seperti itu? Regina adik Fathir dan Fathir...” Fathir terdiam sejenak. Dia seperti tak mengenali sosok ibunya itu.
”Kau tau Fathir? Dia bukan adikmu , adikmu sudah mati...” Fathir terkejut mendengar perkataan ibu yang lebih miripteriakan barusan.
“Tidak mungkin, dia masih tidak percaya apa yang ibu katakan...”
“Ayahmu telah melakukan kesalahan besar “ kata wanita itu sembari menyerahkan amplop putih pada Fathir. Fathir menerima amplop itu dengan tangan gemetar. Dia membuka amplop itu dan mencoba membacanya. Jantungnya berdebar kencang. Surat itu bertuliskan:
“Untuk ibu dan anak-anakku tersayang...”
Ayah menulis surat ini hanya untuk mengungkapkan kebenaran yang telah ayah sembunyikan bertahun-tahun lamanya. Ibu, maafkan ayah karena tak tahu apa yang harus ayah lakukan saat dokter mengatakan bahwa kondisi anak kita kritis dan akhirnya meninggal. Ayah tahu ibu sangat mengharapkan anak kita lahir dengan selamat. Ayah tidak tega melihat ibu kalau tahu kebenarannya. Entah bagaimana perasaan ibu kalau tahu kebenarannya saat itu.
Entah dorongan dari mana, ayah rela menukar data bayi yang berada tak jauh dari anak kita, Regina. Regina kita sudah meninggal. Dan gadis yang tinggal bersama kita adalah pengganti Regina. Meskipun Regina bukan anak kandung ayah, namun ayah menyayanginya. Ayah juga sudah mencari data orang tua kandung Regina, tempat tinggalnya dan dimana mereka bekerja. Semua data orang tua Regina berhasil ayah temukan. Data itu ayah tulis dibalik surat ini. Namun, itu hanya untuk diketahui saja. Karena ayah juga sudah mengatakan hal ini pada orang tua kandung Regina. Dia bersedia menerima kembali Regina dari tangan kita, ibu harus merelakannya.
Sekian surat dari ayah, sekali lagi ayah minta maaf kepada ibu. Dan salam maaf kepada Fathir dan khususnya Regina, ayah telah bersalah mengambilmu dari orang tua kandungmu. Ayah telah memisahkanmu dari kedua orang tuamu. Maafkan ayah Regina.
                                                                                                                                 Salam ayah...
Setelah Fathir membaca surat itu, dia menatap Regina yang menunduk, menangis. Mata Regina telah basah oleh air mata yang bercucuran. Dia masih tidak percaya kebenaran ini. Regina berlari keluar. Fathir mengejar regina dan berhasil. Dia mencengkram tangan Regina, gadis itu merontah.
“Lepaskan...” Suaranya terdengar parau.
“Regina...” gertak Fathir. Regina menatap wajah tampan bermata lonjong itu. Regina tetap menangis dan menunduk. Fathir memeluk Regina.
“Sampai kapan pun kau tetap adikku! Meskipun kebenaran atau entah itu apa, kau tetap adikku.”
“Kakak...” Fathir melepaskan Regina. Fathir tersenyum dan mengusap air mata Regina dengan kedua telapak tangannya. Menyentuh wajahnya beberapa saat.
“Ingatlah , sampai riak ombak tak lagi terdengar kau tetaplah adikku.”
“Kakak...” Gumam Regina. Tersenyum meski isak tangis masih terus terdengar.
* * *
“Ayah, ibu, lihat Regina menemukan kerang!” Gadis itu berlari kearah kedua orang yang mengumpulkan kerang kedalam karungnya. Kedua orang tua itu  menengadah, menatap dan tersenyum melihat Regina.
“Tak perlu lari-lari seperti itu.” mendengar ayahnya berkata seperti itu Regina menyeringai lebar.
“Ayah, ibu kerang ini sangat cantik. Regina belum perna menemukannya , apa ayah dan ibu perna menemukan kerang seperti ini?” Kagumnya.
“Ibu baru sekali melihatnya, benar kerang ini sangat cantik. Ayah, lihatlah.” Ibu mencoba menarik ayah supaya lebih mendekat kearah kerang yang ada ditelapak tangan Regina. Ayah mengangguk-angguk penuh kekaguman.
“Ayah baru juga melihatnya”.
“Mana coba kulihat” tiba-tiba dari arah belakang Fathir mengambil kerang yang ada ditangan Regina dan berlari menjauh dari mereka.
“Kakak....kembalikan kepadaku....” sambil berlari mengejar Fathir. Kedua orang tua itu tersenyum melihat mereka berdua.
* * *
Regina kini telah berada dalam mobil hitam metalik. Air matanya bercucuran, melihat ibu dan Fathir yang beridri dirumah kayu di tepi pantai. Fathir mencoba tetap tersenyum, meski hatinya tak sanggup kehilangannya. Sedangkan wanita disampingnya hanya terdiam. Terlihat jelas matanya yang lebam oleh air matanya.
Mobil melaju, Fathir melambaikan tangan pada Regina dan melakukan hal yang sama.
“Ibu, kakak , aku akan merindukan kalian.” Seru regina yang mulai menjauh dari rumah kayu yang telah menjadi saksi bisu bahwa ia adalah bagian dari keluarga yang mendiami rumah kayu itu. Regina mendengus keras. Wanita paruh baya dan laki-laki yang menyetir mobil itu melihat kearah Regina dan tersenyum lalu kembali keposisi semula. Senyum kerinduan. Mungkin itu yang mereka rasakan saat ini. Regina mencoba menoleh pada cowok yang ada disampingnya. Hanya terdiam. Cowok itu tidak berani menatap ke arah Regina, yang telah menghiasi cintanya.
* * *
Regina membuka matanya perlahan. Dilihatnya lautan biru yang terbentang luas. Mencoba menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Kini dia harus bisa menerima yang sudah tertulis digaris takdirnya. Bahwa ia bukan anak kandung dari keluarga rumah kayu. Kebenaran bahwa dia adalah saudara kandung dari Arvel. Kekasih yang sangat menyayanginya.
Laut kau bisa mendengarku ???....
Aku bisa mempercayaiku....
Karena cintaku padamu....
Kaulah saksi cinta yang menoreh dihatiku....
Cintaku dilautan biru....

Makassar, September 2013.

No comments:

Post a Comment