Benar bahwa tidak sedikit ikhwan dan akhwat menikah berawal dari FB. Bukan menikahnya yang salah, hanya saja bermula dari lebai-nya (ghuluw) dalam comment, chat, dan message inbox yang membuat hati ternoda.Di dunia maya pun ada banyak individu (ikhwan/akhwat) yang tak sadar telah menjadi buaya dunia maya. Hendaknya kami dan antum mengualitaskan ketakwaan di manapun berada. Jika tidak maka syaitan sedang dan akan selalu terbahak-bahak. Cobalah menelusuri dialog ringan berikut.Ikhwan: ”kedatangan saya ke rumah bapak untuk berniat baik yaitu melamar puteri bapak. Saya ingin menikahi puteri bapak.”Bapak: ”Apakah niat saudara sudah mantap?”Ikhwan: ”sudah, pak”Bapak: ”saudara kenal dimana dengan puteri saya?”Ikhwan: ”saya kenal dengan puteri bapak di Facebook.”Kembali kami pertegas, jika hubungan pasutri berakhir dengan perceraian berawal dari FB maka tak sedikit bunga-bunga asmara memekar di taman dunia maya yang berlanjut ke pelaminan. Namun setelah menikah, didapati bahwa pasangannya yang terjalin dari cinta dunia maya ternyata jauh dari kriteria yang diharapkan dari segi agama dan akhlak.
Sebelumnya kami hanya membaca nasihat seperti ini di dunia maya. Akan tetapi setelah mendengar dan melihat langsung, dan kasusnya bermodus sama, kami melihat bukti langsung bagaimana seorang laki-laki dan wanita yang sudah mengenal agama dengan manhaj yang benar berdasarkan pemahaman sahabat malah terjerumus dalam hal ini. Padahal mereka mengetahui bagaimana cara yang benar mencari jodoh yaitu dengan ta’aruf yang syar’i. Oleh karena itu kami mencoba mengangkat tema ini.
>>Lemah Iman Umumnya
Mungkin awalnya tak bermaksud mencari jodoh, akan tetapi lemahnya iman yang membuatnya bermudah-mudah berhubungan dengan cara tak halal, padahal mereka sudah mengetahui ketetapan syar’i dalam bergaul. Inilah fenomena yang sering terjadi belakangan ini, wanita dibalik hijabnya yang tertutup rapat tetapi hijab kehormatannya tidak tertutup dibalik e-mail, inbox dan wall FB, beserta fasillitas dunia maya lainnya.
Begitu juga dengan laki-laki dengan penisbatan mereka kepada, “as-salafi”, “al-atsari” dengan hiasan-hiasan status dan link berbau syar’i, akan tetapi sikap dan wara’-nya tidak menunjukkan demikian.
Hubungan laki-laki dengan wanita yang berujung cinta adalah kebahagiaan hati terbesar bagi manusia terutama pemuda, lebih-lebih bagi mereka yang belum pernah mecicipi sama sekali. Maka ketika bisa merasakan pertama kali, sebagaimana berbuka puasa, sangat nikmat dan bahagia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
للصائم فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه
“Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak”[1]
Mereka yang sudah paham tentang ketetapan syar’i dalam beretika kepada lawan jenis tentu tak leluasa melakukannya di dunia nyata, baik karena tidak ada kesempatan ataupun malu jika ketahuan. Akan tetapi kedua hal ini hilang dan meluntur ketika berkecimpung di dunia maya. Mulai dari cara halus dengan menyindir dan terseret ke arah cinta tak halal sampai dengan cara terang-terangan.
Ketika mereka merasakan nikmatnya asmara yang berbunga-bunga maka lemahnya iman tak mampu membendung. Terjalinlah cinta yang tidak diperkenankan syariat bahkan tak sedikit mengarah ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.
>>Terkesan Shalih dan Shalihah di Dunia Maya
Jangan langsung terburu-buru menilai seseorang alim atau shalih hanya karena melihat aktifitasnya di dunia maya. Sering mengupdate status-status agama, meshare link-link agama dan terlihat sangat peduli dengan dakwah. Hal ini belum tentu dan tidak menjadi tolak ukur keshalihan seseorang. Dan apa yang ada di dunia maya adalah teori, bukan praktek langsung.
Bisa jadi sesorang sering menulis status agama, menautkan link syar’i tetapi malah mereka tidak melaksanakannya dan bahkan melanggarnya, apalagi ada beberpa orang yang bisa menjaga image alim di dunia maya, pandai merangkai kata, pandai menjaga diri dan pandai memilih kata-kata yang bisa memukau banyak orang.
Tolak ukur penilaian keshalihan seseorang secara dzahir adalah takwa dan akhlaknya yang langsung bisa dinilai dan dilihat di dunia nyata, bukan menilai semata-mata bagaimana teorinya di dunia maya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringilah kejelekan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskan kejelekan tersebut dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” [2]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan hadist ini,
فمن اتقى الله و حقق تقواه, و خالق الناس غلى اختلاف طبقاتهم بالخلق الحسن
: فقد جاز لخير كله, لآنه قام بجق الله و حقوق الغباد,
ولآنه كان من المحسنين في عبادة الله, المحسنين إلى عباد الله
“Barangsiapa bertakwa kepada Alloh, merealisasikan ketakwaannya dan berakhlak kepada manusia -sesuai dengan perbedaan tingkatan mereka- dengan akhlak yang baik, maka ia medapatkan kebaikan seluruhnya, karena ia menunaikan hak hak Alloh dan Hamba-Nya.”[3]
>>Tak Menunaikan Amanat ilmiah
Ada juga yang ingin nampak alim dan berilmu di dunia maya dengan niat yang tidak ikhlas [Alhamdulillah ini cukup sedikit]. Selain cara-cara di atas seperti update status agama setiap jam, menaut link beberapa kali sehari, membuat note setiap hari [waktunya sangat terbuang di dunia maya]. Ada cara lainnya yaitu tidak melakukan amanat ilmiah, misalnya:
-Membuat note hampir tiap hari dengan copas dari tulisan orang lain tetapi tidak mencantumkan sumber sehingga orang menyangka dialah yang menulisnya.
-Membuat note dengan copas dari tulisan lainnya, kemudian mengubah-ubah sedkit atau menambah komentar sedikit kemudian menisbatkan tulisan pada dirinya.
Dan masih banyak contoh yang lainnya, silahkan baca Menunaikan Amanah Ilmiah dan Jujur Dalam Tulisan (http://muslimafiyah.com/menunaikan-amanat-ilmiyah-dan-jujur-dalam-tulisan.html)
Maka tidak heran ada yang mengaku pernah bertemu dengan seseorang yang di dunia maya terkesan sangat alim dan berilmu. Namun tatkala bertemu di dunia nyata, ternyata ia jauh dari apa yang ia sandiwarakan di dunia maya. Jauh dari ilmu, akhlak dan takwa.
>>Husnudzon Itu Perlu
Tentu saja perlu mengedapankan husnudzon juga, karena ada mereka yang memang kerjanya berhubungan dengan dunia internet seperti ahli IT dan berdagang via internet. Jadi mereka sangat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdakwah mengingat sekarang dunia maya sangat digandrungi oleh masyarakat dunia. Sebaiknya kita jangan berburuk sangka kepada mereka dengan mengira sok alim, sok update status bahasa arab, sok serba syar’i dan sok suci.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa.”[4]
Sangat perlu melihat panutan para ulama dan ustadz. Mereka lebih sibuk dan lebih memprioritaskan dengan ilmu dan dakwah di dunia nyata, karena kita memang hidup di dunia nyata. Ilmu dan dakwah di dunia maya adalah prioritas kemudian setelah ilmu dan dakwah di dunia nyata.
>>Terjerat Cinta Dunia Maya
Dan mereka yang tidak kuat imannya, terperdaya sekaligus terjerat dengan hubungan tak halal yang mereka lakoni. Mereka terperangkap asmara. Mereka melihatnya sebagai sebuah keindahan dan kesyahduan tiada tara sampai-sampai menutup beberapa faktor penilaian yang seharusnya menjadi pertimbangan paling terdepan yaitu agama dan ahklak.
Keindahan bisa membuat jatuh cinta…
Dan cinta bisa membuat segalanya menjadi indah…
Seorang penyair berkata,
هويتك إذ عينى عليها غشاوة … فلما انجلت قطعت نفسي ألومها
“Kecintaanku kepadamu menutup matakuNamun ketika terlepas cintaku, semua aibmu menampakkan diri”[5]
Inilah salah satu yang dikhawatirkan. Karena cinta sudah bermekar indah maka tidak peduli lagi, padahal kenal hanya di dunia maya, lalu memutuskan untuk berjumpa, ta’aruf ala kadar lalu menikah.
Untuk mengetahui bagaimana kehidupan dunianya saja sulit, bagaimana wajah aslinya. Walaupun tukar foto, maka foto sekarang bisa berbalik 180 derajat dengan aslinya. Bagaimana masa depannya dan bagaimana tanggung jawabnya, apalagi untuk mengetahui agama dan akhlaknya yang menjadi prioritas utama, walaupun terkesan shalih tetapi sekali lagi itu hanya di dunia maya, belum tentu.
>>Wanita Korban Utama
Jelas wanita yang lebih menjadi korban, karena wanita umumnya memiliki hati yang lemah, lemah dengan pujian, lemah dengan perhatian, lemah dengan kata-kata puitis. Bisa kita lihat di berita-berita bagaiamana wanita tidak sedikit yang menjadi korban, baik korban kejahatan, pelecehan seksual sampai pemerkosaan oleh teman yang ia kenal di dunia maya.
Begitu juga dengan wanita penuntut ilmu agama, mengingat pentingnya agama dan akhlak suami, sampai-sampai ada yang berkata, “agama istri mengikuti suaminya, jika ada wanita yang multazimah menikah dengan laki-laki yahudi, maka ia akan terpengaruh”.
Jika wanita tersebut terjerumus dengan cinta di dunia maya apalagi dengan kadar tergila-gila ditambah dengan menutupnya mata dengan kekurangan agama dan akhlak laki-laki di dunia nyata maka inilah musibah. Inilah musibah. Inilah musibah.
Sebagaimana kisah nyata yang kami dapatkan, mereka berdua kenal di dunia maya, kemudian sang laki-laki dari kota yang jauh menyebrangi dua pulau untuk bertemu ke kota tempat wanita tersebut tinggl. Maka sang wanita yang sudah terperangkap cinta, langsung “klepek-klepek” dengan sedikit pengorbanan sang laki-laki yang dianggap shalih lagi alim tersebut. Keduanya pun menikah.
Padahal laki-laki tersebut berwajah sangat kurang, porsi tubuh juga kurang, ilmu agama juga belum jelas, dan masa depan juga masih belum jelas karena hanya lulusan SMA. [Semoga mereka berdua bertaubat dan selalu berada dalam penjagaan Allah, Amin]
>>Ikatan Suci yang Ternodai Kemurkaan Allah
Pernikahan dan membangun rumah tangga adalah sesuatu yang suci dan merupakan anjuran syariat. Dari pernikahanlah berawal segala sesuatu dan ini mengubah kehidupan seseorang. Kemudian dari pernikahan lahirlah manusia, lahirlah masyarakat dan lahirlah berbagai perihal kehidupan.
Maka janganlah engkau memulainya dengan kemurkaan dan ketidakridhaan dari Allah. Janganlah engkau awali dengan hubungan yang tidak halal. Karena ia adalah dasar dan pondasinya.
Hendaklah yakin dengan janji Allah dan bersabar dengan ta’aruf yang syar’i, perbaiki diri dan tingkatkan kualitas ilmu, iman, akhlak dan takwa maka engkua akan mendapat pasangan yang baik lagi menawan hati.
Allah Ta’ala berfirman,
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula.”[6]
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
SUMBER: akhowatsalafiyyah.wordpress.comPenyusun: Raehanul Bahraen (6 Shafar 1432 H/31 Desember 2011, Artikel http//muslimafiyah.com)Penyunting: Abdullah Akiera Van Assamawiy (8 Shafar 1432 H/2 Januari 2011
No comments:
Post a Comment