Mata
Kuliah: Akhlak
Jurusan:
Tafsir Hadis
Prodi:
Ilmu Hadis Semester Tiga
BIRRUL WALIDAIN
Muhammad Zainal
Nurkhalis
Hariyadin
Riska
JURUSAN
TAFSIR HADIS
PRODI
ILMU HADIS
FAKULTAS
USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seorang
muslim percaya akan hak-hak orang tua atas dirinya. Berbuat patuh dan
memperlakukan mereka dengan cara yang paling mulia akan baik baginya. Ini bukan
karena mereka penyebab kehadirannya, bukan pula karena sesuatu yang paling baik
baginya sehingga ia diharuskan membalas budi orang tua, tetapi pertama-tama
karena Allah Swt telah membuat aturan demikian baginya.
Allah
Swt memberi aturan, bahwa bagi anak laki-laki harus membantu dan memperlakukan
orang tuanya dengan baik. Allah Swt memberikan hak-hak kepada para orang tua dengan
melarang menyekutukan-Nya.
Pada
makalah ini, kami mencoba membahas tentang suatu tema yaitu berbakti kepada
kedua orang tua, karena orang tua adalah merupakan salah satu jalan yang dapat
memasukkan kita dalam syurga. Maka dari itu, kami mencoba membahas apa-apa saja
yang mesti kita lakukan untuk dapat berbakti kepada Orang tua.
B. Rumusan Masalah :
Adapun Rumusan
Masalah dari makalah kami adalah :
1. Apa Makna Kata ”Al-Birr”
2. Bagaimana Hukum Birrul Walidain
3. Apa Saja Keutamaan Birrul Walidain
4. Bagaimana Adab Birrul Walidain
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MAKNA
"AL BIRR"
Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaih
Wassallam (artinya) : "Al Birr adalah baiknya akhlaq". (Shahih Muslim
No. 1794.)
"Al Birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa
yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah,
dan Al ‘Uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya."[1]
Berkata Urwah bin Zubair mudah-mudahan Allah meridhoi mereka
berdua tentang firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
ôÙÏÿ÷z$#ur ...... $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# ÇËÍÈ
Terjemahan
:
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan...." (QS. Al Isra’ : 24).
Berkata Imam Al Qurtubi mudah-mudahan Allah merahmatinya :
"Termasuk ‘Uquuq (durhaka) kepada orang tua adalah
menyelisihi/ menentang keinginan-keinginan mereka dari (perkara-perkara) yang
mubah, sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya adalah memenuhi apa yang
menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau keduanya
memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan perkara
maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah
pada asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara
yang mandub (disukai/ disunnahkan).[2]
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mudah-mudahan Allah merahmatinya
: Berkata Abu Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir "Barangsiapa yang
menyebabkan kedua orang tuanya marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan
keduanya agar dia bisa tertawa (senang) kembali".[3]
B.
HUKUM
BIRRUL WALIDAIN
Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada
kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka berselisih tentang
ibarat-ibarat (contoh pengamalan) nya.
Berkata Ibnu Hazm, mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Birul
Walidain adalah fardhu (wajib bagi masing-masing individu). Berkat beliau dalam
kitab Al-Adabul Kubra: Berkata Al Qodli Iyyad: "Birrul walidain adalah
wajib pada selain perkara yang haram." [4]
Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) yang mereka gunakan banyak
sekali , diantaranya:
1.
Firman
Allah Subhanahu Wa Ta’alaa
(#rßç6ôã$#ur ©!$# wur (#qä.Îô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) .....
Terjemahan : "Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak".
(An Nisa’ : 36).
Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah,
dan perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah
untuk beribadah dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak
didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini.[5]
2.
Firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
4Ó|Ós%ur y7/u wr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$Î) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) .....
Terjemahan
:
"Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya". (QS. Al Isra’: 23).
Adapun makna (Qadhoo) = Berkata Ibnu Katsir : Yakni, mewasiatkan.
Berkata Al Qurthubiy : Yakni, memerintahkan, menetapkan dan mewajibkan. Berkata
Asy Syaukaniy: "Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang
tua seiring dengan perintah untuk mentauhidkan dan beribadah kepada-Nya, ini
pemberitahuan tentang betapa besar haq mereka berdua, sedangkan membantu
urusan-urusan (pekerjaan) mereka, maka ini adalah perkara yang tidak bersembunyi
lagi (perintahnya).[6]
3.
Firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
Terjemahan
:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah
dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu." (QS. Luqman : 14).
Berkaitan dengan ini, Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wassallam
bersabda :
حدثنا أبو
حفص عمرو بن علي حدثنا خالد بن الحرث حدثنا شعبة عن يعلى بن عطاء عن أبيه عن عبد
الله
بن عمرو : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال رضي الرب في رضى الوالد وسخط الرب في سخط الوالد[7]
Artinya :
"Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan
kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua"
C.
KEUTAMAAN
BIRRUL WALIDAIN
Pertama :
Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Mas’ud mudah-mudahan Allah
meridhoinya, berkata :
حدثني سليمان حدثنا شعبة عن الوليد
. وحدثني عباد بن يعقوب الأسدي أخبرنا عباد بن العوام عن الشيباني عن الوليد بن
العيزار عن أبي عمرو الشيباني عن ابن مسعود رضي الله عنه : أن رجلا سأل النبي صلى
الله عليه و سلم أي الأعمال أفضل ؟ قال : الصلاة لوقتها
وبر الوالدين ثم الجهاد في سبيل الله[8].
Artinya :
“Telah menceritakan kepadaku Sulaiman
telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Al Walid (dalam jalur lain
disebutkan) telah menceritakan kepadaku Abbad bin Ya'qub Al Asadi telah
mengabarkan kepada kami Abbad bin Al 'Awwam dari Asy Syaibani dari Al Walid bin
'Aizar dari Abu 'Amru dan Asy Syaibani dari Ibn Mas'ud radliallahu 'anhu, bahwa
seorang laki-laki pernah bertanya kepada Nabi Shallahu ‘alaihi Wasallam, amalan
apa yang paling utama? ‘Nabi menjawab : “Shalat tepat waktu, berbakti kepada
kedua orang tua, dan jihad fi sabilillah.
Kedua : Merupakan Salah Satu
Sebab-Sebab Diampuninya Dosa
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ $·Z»|¡ômÎ) ......( ÇÊÎÈ y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# ã@¬6s)tGtR öNåk÷]tã z`|¡ômr& $tB (#qè=ÉKtã ãur$yftGtRur `tã öNÍkÌE$t«Íhy þÎû É=»ptõ¾r& Ïp¨Ypgø:$# ( yôãur É-ôÅ_Á9$# Ï%©!$# (#qçR%x. tbrßtãqã ÇÊÏÈ
Terjemah :
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya : "Mereka
itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah
mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama
penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada
mereka." (QS. Al Ahqaf 15-16)
Ketiga : Termasuk
Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
حدثنا زهير بن حرب حدثنا جرير عن
سهيل عن أبيه عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم
رغم أنفه ثم رغم أنفه ثم رغم أنفه قيل من ؟ يا رسول الله قال من أدرك والديه عند
الكبر أحدهما أو كليهما ثم لم يدخل الجنة[9]
Artinya :
”Dari Abu Hurairah, mudah-mudahan Allah meridhoinya, dia berkata :
Saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Celakalah
dia, celakalah dia", Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya :
Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam :
"Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut
kemudian dia tidak masuk surga dengan berusaha berbakti kepadanya".
Dari Mu’awiyah bin Jaahimah mudah-mudahan Allah
meridhoi mereka berdua, Bahwasanya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam kemudian berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat)
untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Apakah kamu masih
memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu
dibawah telapak kakinya".
Keempat : Merupakan Sebab
keridhoan Allah
Sebagaiman hadis yang terdahulu "Keridhoan Allah ada pada
keridhoan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua".
Kelima : Merupakan
Sebab Bertambahnya Umur
Diantarnya hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, mudah-mudahan
Allah meridhoinya, dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda
:
حدثنا محمد بن أبي يعقوب الكرماني
حدثنا حسان حدثنا يونس حدثنا محمد عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال سمعت رسول الله
صلى الله عليه و سلم يقول : ( من سره أن يبسط له في رزقه أو ينسأ له في أثره
فليصل رحمه )[10]
Aritnya :
"Barangsiapa yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah
panjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahim".
Keenam : Merupakan Sebab
Barokahnya Rezeki.
D.
ADAB
BIRRUL WAALIDAIN
Kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi
diri seseorang. Allah Subhanahu Wata'ala telah memerintahkan dalam berbagai tempat
di dalam Al-Qur'an agar berbakti kepada kedua orang tua. Allah menyebutkannya
berbarengan dengan pentauhidan-Nya Azza wa Jalla dan memerintahkan para
hamba-Nya untuk melaksanakannya sebagaimana akan disebutkan kemudian.
Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan
oleh setiap Muslim. Di sini akan dicantumkan beberapa adab yang berkaitan
dengan masalah ini. Antara lain hak yang wajib dilakukan semasa kedua orang tua
hidup dan setelah meninggal. Dengan pertolongan Allah saya akan sebutkan
beberapa adab tersebut, antara lain:
a.
Hak-Hak Yang Wajib Dilaksanakan Semasa Orang Tua Masih Hidup
Di antara hak orang tua ketika masih hidup adalah:
1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram hukumnya
mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua
kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.
Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah, Penciptanya,
sebagaimana sabda Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam:
لاطاعة في معصية
الله إنما الطاعة في المعروف[11]
Artinya :
"Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya
ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan."
Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib
mentaati kedua orang tua selamanya dan ini termasuk perkara yang paling di wajibkan.
Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang
diperintahkan oleh kedua orang tua.
2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang
tua semakin tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan
bantuan dan perhatian dari anaknya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
* 4Ó|Ós%ur y7/u wr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$Î) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7t x8yYÏã uy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdxÏ. xsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& wur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJÌ2 ÇËÌÈ ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹ ÇËÍÈ
Terjemah :
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 'Wahai, Rabb-ku,
kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.'" (QS. Al-Israa': 23-24)
Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan
dan perbuatan yang dapat menyakiti kedua orang tua, walaupun dengan isyarat atau
dengan ucapan 'ah'. Termasuk berbakti kepada keduanya ialah senantiasa membuat
mereka ridha dengan melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak
mendurhakai Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana yang telah disebutkan.
3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya
Tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau
di hadapan mereka berdua. Tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan
keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua.
Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara
mendahulukan segala urusan mereka, mempersilakan mereka duduk di tempat yang
empuk, menyodorkan bantal, janganlah mendului makan dan minum, dan lain
sebagainya.
4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka
Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua orang
tua dan merendahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu
wa Ta'ala:
......xsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& wur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJÌ2 ÇËÌÈ
Terjemah :
"...Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Israa': 23)
Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan
yang lemah lembut dan baik serta dengan lafazh yang bagus.
5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka
Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua, terutama
jika ia memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya
disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan
mereka berdua daripada dirinya, anaknya, dan istrinya.
6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan
Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum
ditentukan.
حدثنا مسدد حدثنا يحيى عن سفيان
وشعبة قالا حدثنا حبيب ( ح ) . قال وحدثنا محمد بن كثير أخبرنا سفيان عن حبيب عن
أبي العباس عن عبد الله بن عمرو قال : قال رجل للنبي صلى الله عليه و سلم أجاهد ؟
قال ( لك أبوان ) . قال نعم قال ( ففيهما فجاهد )[12]
Artinya :
“Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam dan bertanya: "Ya, Rasulullah, apakah aku boleh ikut
berjihad?" Beliau balik bertanya: "Apakah kamu masih mempunyai kedua
orang tua?" Laki-laki itu menjawab: "Masih." Beliau bersabda:
"Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya."
7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah
Yang mereka Inginkan
حدثنا محمد بن يحيى ويحيى بن حكيم . قالا حدثنا
يزيد بن هارون . أنبأنا حجاج عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال جاء رجل إلى النبي
صلى الله عليه و سلم فقال إن أبي اجتاح مالي . فقال : ( أنت ومالك لأبيك ) وقال
رسول الله صلى الله عليه و سلم ( إن أولادكم من أطيب كسبكم . فكلوا من أموالهم )[13]
Artinya :
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada
seorang laki-laki ketika ia berkata: "Ayahku ingin mengambil
hartaku." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kamu dan
hartamu milik ayahmu."
8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang
Dicintai Mereka.
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat
baik kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni,
dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka,
menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka. Akan disebutkan nanti
beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu
perkara tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi
seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.
10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan
Mereka Dicela Orang Lain.
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain
termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
:
حدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا الليث عن ابن الهاد
عن سعد بن إبراهيم عن حميد بن عبدالرحمن عن عبدالله ابن عمرو بن العاص أن رسول
الله صلى الله عليه و سلم قال : من الكبائر شتم الرجل والديه قالوا يا رسول الله
وهل يشتم الرجل والديه ؟ قال نعم يسب أبا الرجل فيسب أباه ويسب أمه فيسب أمه[14]
Artinya :
"Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang
tuanya." Para Sahabat bertanya: "Ya, Rasulullah, apa ada orang yang
mencela orang tuanya?" Beliau menjawab: "Ada. Ia mencela ayah orang
lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang
lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.”
11. Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah
Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam: "Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik
dariku?" Beliau menjawab: "Ibumu." Laki-laki itu bertanya lagi:
"Kemudian siapa lagi?" Beliau kembali menjawab: "Ibumu."
Laki-laki itu kembali bertanya: "Lalu siapa lagi?" Beliau kembali
menjawab: "Ibumu." Lalu siapa lagi?" tanyanya.
"Ayahmu," Jawab beliau."
Demikian penjelasan umum hak-hak orang tua semasa mereka masih hidup.
b.
Hak-Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia
Di antara hak orang tua setelah mereka meninggal adalah :
1. Menshalati Keduanya
Maksud menshalati di sini adalah mendo'akan keduanya. Yakni,
setelah keduanya meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh
karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendo'akan kedua orang tuanya
setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila anak itu
mendo'akan keduanya, niscaya kebaikan mereka berdua akan semakin bertambah,
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
حدثنا يحيى بن أيوب وقتيبة ( يعني ابن سعيد )
وابن حجر قالوا حدثنا إسماعيل ( هو ابن جعفر ) عن العلاء عن أبيه عن أبي هريرة :
أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( إذا مات الإنسان انقطع عنه عمله إلا من
ثلاثة إلا من صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له )[15]
Artinya :
"Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya
kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang
mendo'akan dirinya.”
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Orang tua adalah orang yang paling utama bagi seorang
Muslim untuk dido'akan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka
karena kebaikan mereka yang besar. Allah Subhanahu Wata'ala menceritakan kisah
Ibrahim Alaihi Wasallam dalam Al-Qur'an :
$oY/u öÏÿøî$# Í< £t$Î!ºuqÏ9ur tûüÏZÏB÷sßJù=Ï9ur tPöqt ãPqà)t Ü>$|¡Åsø9$# ÇÍÊÈ
Terjemah :
"Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu
bapakku..." (QS. Ibrahim: 41)
3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua
Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua orang tua
dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu
pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua
apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak
mereka.
4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua
Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik pada
orang tua, sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu pernah
berpapasan dengan seorang Arab Badui di jalan menuju Makkah. Kemudian, Ibnu
Umar mengucapkan salam kepadanya dan mempersilakannya naik ke atas keledai yang
ia tunggangi. Selanjutnya, ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu
Dinar berkata: "Semoga Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab Badui dan
mereka sudah biasa berjalan." Ibnu Umar berkata: "Sungguh dulu
ayahnya teman Umar bin al-Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya bakti anak yang
terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga
teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal."[16]
5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan
Ayah
Hendaknya seseorang menyambung tali silaturahim dengan semua
kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman
dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan
anak-anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung
tali silaturahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka.
Demikianlah akhir dari adab berbakti kepada kedua orang tua yang
telah dimudahkan Allah kepadaku untuk menuliskannya, yang seluruhnya berjumlah
enam belas adab. Walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
beberapa pemaparan atau penjelasan mengenai berbuat baik kepada Orang Tua di
atas maka kita dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Al Birr adalah mentaati kedua orang tua didalam semua apa
yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak bermaksiat kepada Allah,
dan Al ‘Uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat baik kepadanya.
2. Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat
baik (berbakti) pada kedua orang tua hukumnya adalah wajib, hanya saja mereka
berselisih tentang ibarat-ibarat (contoh pengamalan) nya. Berkata Ibnu Hazm,
mudah-mudahan Allah merahmatinya: "Birul Walidain adalah fardhu (wajib
bagi masing-masing individu). Berkat beliau dalam kitab Al-Adabul Kubra:
Berkata Al Qodli Iyyad: "Birrul walidain adalah wajib pada selain perkara
yang haram.
3. Keutamaan Berbakti kepada orang tua
Pertama : Termasuk Amalan
Yang Paling Mulia
Kedua : Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa
Ketiga : Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Keempat : Merupakan Sebab
keridhoan Allah
Kelima : Merupakan Sebab Bertambahnya Umur
Keenam : Merupakan Sebab
Barokahnya Rezeki.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan
terjemahnya, Departemen Agama RI, Jakarta. 2006
al-Suyu>t}i>,
Imam ‘Abd al-Rahma>n Jalaluddi>n, Du>r al-Mans\u>r Fi>
al-Tafsi>ri al-Ma’s\ur, Juz V. (Cet. I, Beirut , Da>r al-Fikr 1403 H./1983 M)
As-Salami,
Muhammad ibn ‘Isa at-Tirmidzi. al-Ja>mi’ Shahih Sunan Tirmidzi, Juz
IV, (Beirut: Da>r Ihya> Turats ‘Arabi)
al-Ja’fiy,
Muhammad ibn Isma>’i}l Abu> Abdullah al-Bukha>ri , Ja>mi Shahi}h
Bukha>riy. Jilid VI (Cet: Beirut, ad-Da>r ibn Katsi}r)
an-Naisaburiy, Muslim ibn Hajja>j Abu> Husai}n
al-Qusyairy, Shahi}h Muslim, Juz IV (Cet: Beirut, Da>r Ihya>
Tura>s al-‘Arabiy)
al-Azadiy,
Sulai}ma>n ibn al-Asy’as Abu> Da>wud al-Sijista>niy, Sunan Abi}
Da>wud, Juz II ( Cet. VI, Da>r al-Fikr)
al-Qazwiniy,
Muhammad ibn Yazi}d Abu> Abdullah, Sunan ibn Ma>jjah, Juz II
(Cet:Beirut, Da>r al-Fikr)
Lihat Al Jami’ Li
Ahkamil Qur’an, Jilid VI. h. 238
Lihat Ghadzaul Al Baab Juz I. h. 382.
Lihat Al Adaabusy Syar’iyyah Juz I. h. 434.
Lihat Fathul Qodiir, Juz III, h. 218.
[1]
Imam ‘Abd al-Rahma>n Jalaluddi>n al-Suyu>t}i>, Du>r
al-Mans\u>r Fi> al-Tafsi>ri al-Ma’s\ur, Juz V. (Cet. I,
Beirut , Da>r al-Fikr 1403 H./1983 M ) h. 259.
[7] Muhammad ibn ‘Isa at-Tirmidzi
as-Salami, al-Ja>mi’ Shahih Sunan Tirmidzi, Juz IV, (Beirut: Da>r
Ihya> Turats ‘Arabi) h. 310.
[8] Muhammad ibn Isma>’i}l
Abu> Abdullah al-Bukha>ri al-Ja’fiy, Ja>mi Shahi}h Bukha>riy. Jilid
VI (Cet: Beirut, ad-Da>r ibn Katsi}r) h. 2740.
[9] Muslim ibn Hajja>j Abu>
Husai}n al-Qusyairy an-Naisaburiy, Shahi}h Muslim, Juz IV (Cet: Beirut,
Da>r Ihya> Tura>s al-‘Arabiy) h. 1978.
[10] Muhammad ibn Isma>’i}l
Abu> Abdullah al-Bukha>ri al-Ja’fiy, Ja>mi Shahi}h Bukha>riy, Juz
II (Cet. III, Beiru>t: ad-Da>r ibn Katsi}r, 1987 M / 1407 H,) h. 728.
[11] Sulai}ma>n ibn al-Asy’as
Abu> Da>wud al-Sijista>niy al-Azadiy, Sunan Abi} Da>wud, Juz
II ( Cet. VI, Da>r al-Fikr) h. 46.
[12] Muhammad ibn Isma>’i}l
Abu> Abdullah al-Bukha>ri al-Ja’fiy, Ja>mi Shahi}h Bukha>riy. Juz
V (Cet. III, Beiru>t: ad-Da>r ibn Katsi}r, 1987 M / 1407 H,) h. 2228.
[13] Muhammad ibn Yazi}d Abu>
Abdullah al-Qazwiniy, Sunan ibn Ma>jjah, Juz II (Cet:Beirut, Da>r
al-Fikr) h. 769.
[14] Muslim ibn Hajja>j Abu>
Husai}n al-Qusyairy an-Naisaburiy, Shahi}h Muslim, Juz I (Cet: Beirut,
Da>r Ihya> Tura>z al-‘Arabiy) h. 92.
[15] Muslim ibn Hajja>j Abu>
Husai}n al-Qusyairy an-Naisaburiy, Shahi}h Muslim, Juz III (Cet: Beirut,
Da>r Ihya> Tura>z al-‘Arabiy) h. 1255.
[16] (HR. Muslin no.
2552 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu).
No comments:
Post a Comment